Berikut macam-macam produk koloid
KOLOID : CAKE
Selasa, 26 Februari 2013
Koloid Roti
07.55
No comments
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari
sering kita mendengar kata roti, Roti, siapa yang tak kenal dengan
makanan ini. Hampir di setiap rumah terutama di kota-kota besar menjadikan roti sebagai
salah satu alternatif makanan yang dihidangkan di atas meja makan, terutama
saat sarapan pagi. Selain rasanya yang enak, roti pun bisa dikombinasikan
dengan apapun, baik manis mapun asin. Roti merupakan salah satu produk makanan yang terbuat dari tepung terigu.
Roti termasuk makanan pokok karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Di
dalam ilmu pangan, roti dikelompokkan dalam produk bakery, bersama
dengan cake, donat, biskuit, roll, cracker, dan pie. Di
dalam kelompok bakery, roti merupakan produk yang paling pertama
dikenal dan paling populer hingga saat ini. Roti yang biasa kita makan
merupakan salah satu koloid. Koloid adalah salah satu campuran yang terletak di
antara larutan sejati dan suspensi. Hampir semua zat dapat berada dalam keadaan
koloid, sehingga semua cabang ilmu berkaitan dengan kimia koloid. Dalam makalah ini akan dibahas sistem koloid pada
roti.
Rumusan
masalah
1. Mengapa
roti dapat disebut sebagai koloid?
2. Apakah
jenis koloid pada roti?
3. Bagimana cara pembuatan roti dan bahan – bahan yang
digunakan?
Tujuan Percobaan
1. Untuk
mengetahui sistem koloid dan jenis
koloid pada roti
2. Untuk
mengetahui bahan dasar yang digunakan dan cara pembuatan roti.
Pelaksanaan
Percobaan
Hari : Minggu
Tanggal : 24 Februari
2013
Waktu : 18.00 -22.00
Tempat : Rumah Fadhil
Bayu Pratama
Adapun alat dan bahan
yang digunakan dalam pembuatan roti ini adalah sebagai berikut :
Alat :
1. Wadah plastik besar
2. Loyang
3. Alat pengaduk
4. Oven
5. Kain penutup
Bahan :
1. Tepung terigu protein tinggi 1 kg
2. Ragi instant 15 gram
3. Gula pasir 60 gram
4. Mentega putih 60 gram
5. Garam 15 gram
6. Susu bubuk 40 gram
7. Air dingin 630 ml
2. Ragi instant 15 gram
3. Gula pasir 60 gram
4. Mentega putih 60 gram
5. Garam 15 gram
6. Susu bubuk 40 gram
7. Air dingin 630 ml
8. Tambahan isian bila di inginkan
(selai atau coklat)
LANDASAN TEORI
A Pengertian koloid
Koloid adalah suatu bentuk
campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran kasar. Meskipun
secara makrokopis koloid tampak homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam
campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabl dan tidak dapat
disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid
terdiri atas terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat
yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan
untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat
diskontinu ( terputus-putus ), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. (
Keenan, 1984 )
Dalam campuran homogen dan
stabil yang disebut larutan, molekul, atom, ataupun ion disebarkan dalam suatu
zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat dihamburkan atau
disebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu disperse (
sebaran ) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut
merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid
dirujuk sebagai zat terdispersi ( tersebar ) dan materi kontinu dalam mana
partikel itu tersebar disebut zat pendispersi atau medium pendispersi. (
Arsyad, 2001 )
Zat
Terdispersi
|
Zat
pendispersi
|
Nama
Tipe
|
Contoh
|
Gas
Gas
Cairan
Cairan
Cairan
Padat
Padat
Padat
|
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
Gas
Cair
Padat
|
Busa
Busa padat
Aerosol padat
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol
Sol padat
|
Krim kocok, busa bir, busa sabun.
Batu apung, karet busa.
Kabut, awan.
Mayones, susu.
Keju ( lemak mentega didispersikan dalam
kasein ), mentega.
Asap, debu.
Kebanyakan cat, pati dalam air, selai.
Banyak aliase, intan hitam, kaca rubi.
|
B Macam-macam koloid
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel
padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang
terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi
berupa zat cair, disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam
udara.
Contoh aerosol cair : kabut
dan awan
Saat ini banyak produk dibuat
dalam bentuk aerosol seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk,
parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu
bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak
digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon ( CFC ) dan karbon dioksida.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel
padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita
temui dalam kehidupan sehari-hari maupundalam industri.
Contoh sol : air sungai ( sol dari lempung dalam
air ), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis dan cat.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair
yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi
ini adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air ( M / A ) atau
emulsi air dalam minyak ( A / M ). Dalam hal ini, minyak diartikan
sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
Contoh emulsi minyak dalam air ( M / A ) :
santan, susu dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak ( A / M ) :
mayonaise, minyak bumi dan minyak ikan.
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang
terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk
menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan
protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas kedalam zat cair yang
mangandung pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (
antara padat dan cair ) disebut gel. Contoh : agar-agar, lem kanji, selai,
gelatin, gel sabun, dan gel silica. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang
agak padat.
C Sifat – Sifat Koloid
1. Efek
Tyndall
Pernah kita amati cahaya
dihamburkan oleh partikel-partekil debu bila seberkas cahaya matahari memasuki
suatu kamar gelap, lewat pintu yang terbuka sedikit atau lewat suatu celah.
Partikel debu, banyak diantaranya terlalu kecil untuk dilihat, akan nampak
sebagai titik-titik terang dalam suatu berkas cahaya. Bila partikel itu memang
berukuran koloid, partikel itu sendiri tidak nampak; yang terlihat ialah cahaya
yang dihamburkan oleh mereka. Hamburan cahaya itu disebut efek tyndall. Ini
disebabkan oleh fakta bahwa partikel kecil menghamburkan cahaya dalam
segala arah.
Efek tyndall dapat digunakan
untuk membedakan dispersi koloid dan suatu larutan biasa, karena atom, molekul,
ataupun muaatan yang berbeda dalam suatu larutan tidak menghamburkan cahaya
secara jelas dalam contoh-contoh yang tebalnya tak seberapa. Penghamburan
cahaya tyndall dapat menjelaskan betapa buramnya dispersi koloid. Misalnya,
meskipun baik minyak zaitun maupun air itu tembus cahaya, dispersi koloid dari
kedua zat ini nampak seperti susu.
2. Gerak
Brown
Jika suatu mikroskop optis
difokuska pada suatu dispersi koloid pada arah yang tegak lurus pada berkas
cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan nampak partikel-partikel koloid,
bukan sebagai partikel dengan batas yang jelas, melainkan sebagai bintik yang
berkilauan. Dengan mengikuti bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang
dapat melihat bahwa partikel koloid yang terdispersi ini bergerak terus-menerus
secara acak menurut jalan yang berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam
suatu medium pendispersi ini disebut gerakan brown, menurut nama seorang ahli
botani Inggris, Robert Brown, yang mempelajarinya dalam tahun 1827.
3. Adsorpsi
Materi dalam keadaan koloid
mempunyai luas permukaan yang sangat besar. Pada permukaan partikel terdapat
gaya van der waals yang belum terimbangi atau bahkan gaya valensi yang dapat
menarik dan mengikat atom-atom (molekul-molekul) dari zat asing. Adhesi zat-zat
asing ini pada permukaan suatu partikel disebut adsorpsi. Zat-zat teradsorpsi
terikat dengan kuat dalam lapisan-lapisan yang biasanya tebalnya tidak lebih
dari satu atau dua molekul. Banyaknya zat asing yang dapat diadsorpsi
bergantung pada luasnya permukaan yang tersingkap. Meskipun adsopsi merupakan
suatu gejala umum dari zat padat, adsorpsi ini teristimewa efisiensinya dengan
materi koloid yang disebabkan oleh besarnya luas permukaan itu. Sifat adsorpsi
dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, antara lain sebagai berikut.
a. Pemutihan Gula Tebu
Gula yang masih berwarna
dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan arang
tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang
putih bersih.
b. Norit
Norit adalah tablet yang
terbuat dari karbon aktif Norit didalam usus norit membentuk sistem koloid yang
dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.
c. Penjernihan Air
Untuk menjernihkan air dapat
dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat. Didalam air,
aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa
koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna
atau zat pencemar dalam air.
4. Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid
distabilkan oleh muatannya. apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan
berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan
koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan
kedalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel
elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode.
Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid
yang bermuatan positif digumpalkan di katode.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan
sehari-hari dan industri:
1. Pembentukan
delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat ( lempung ) dalam air
sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air.
2. Karet
dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
3. Lumpur
koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah
liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh
Al3+ dari tawas ( aluminium sulfat )
4. Asap
atau debu dari pabrik / industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi
listrik.
5. Koloid
Pelindung
Pada beberapa proses, suatu
koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Dilain pihak, koloid perlu
dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan mmenambahkan
koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung akan membungkus
partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh :
1. pada
pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukkan kristal besar
es atau gula.
2. Cat
dan tinta dapat bertahan karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3. Zat-zat
pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung.
6. Dialisis
Pemisahan muatan dari koloid
dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput semipermeabel disebut dialisis.
Pori-pori itu biasanya berdiameterkurang dari 10 Å dan membiarkan lewatnya
molekul air dan muatan-muatan kecil. Selaput hewani alamiah, kertas perkamen,
selofan dan beberapa plastic sintetik merupakan bahan selaput yang sesuai.
Partikel-partikel yang melewati membran agaknya berlaku demikian tidak sekedar
berdasarkan difusi acak. Mereka teradsorpsi pada permukaan membran dan bergerak
dari letak ( site ) adsorben yang satu ke yang lain pada waktu mereka bergerak
melewati pori-pori itu.
D Cara Pembuatan Koloid
1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan
partikel – partikel halus ( molekuler ) menjadi partikel yang lebih besar.
Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui :
a. Cara
Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi – reaksi
kimia, seperti reaksi hidrolisis, reaksi reduksi oksidasi, atau reaksi
subtitusi.
1. Hidrolisis
: Merupakan reaksi suatu zat dengan air
2. Reaksi
Redoks : Merupakan reaksi yang disertai perubahan biloks
3. Reaksi
Subtitusi : Merupakan reaksi penggantian
b. Cara
Fisika
Dilakukan dengan jalan menurutkan kelarutan dari
zat terlarut, yaitu dengan jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga
terbentuk satu sol koloid.
2. Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara
dispersi merupakan pemecahan partikel – partikel kasar menjadi partikel yang
lebih halus/lebih kecil dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan
loncatan bunga listrik ( listrik busur breding ).
a. Cara
Mekanik
Dengan cara ini butir – butir kasar digerus
dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan
tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi.Contoh : Sol belerang dibuat
dengan menggerus serbuk belerang bersama – sama dengan suatu zat inert (seperti
gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus dengan air
b. Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah
membuat koloid dari butir – butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan
suatu zat pemeptisasi ( pemecahan ). Contoh : Agar – agar dipeptisasi oleh air,
nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin dan lain – lain.
E.
Roti
Roti merupakan salah satu
produk makanan yang terbuat dari tepung terigu. Roti termasuk makanan pokok
karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Sejarah mencatat bahwa roti sudah
dikenal sejak zaman neolitikum dimana pada saat itu biji-biji sereal dicampur
dengan air dan dibuat pasta kemudian dimasak. Dahulu orang Mesir kuno membuat
makanan ini bersamaan dengan pembuatan minuman bir yang keduanya mempunyai arti
religius. Hal ini menjadi gagasan awal bagi mereka dalam menciptakan alat untuk
memanggang (oven). Roti juga menjadi makanan pokok rendah lemak yang tercatat
dalam sejarah bangsa Eropa yang terjadi kira-kira pada tahun 1000 SM. Beberapa
ratus tahun kemudian, sebagian besar masyarakat Eropa mulai jenuh dengan
makanan ini dan produksi roti pun mulai merosot tajam.
Otto Frederick Rohwedder
dianggap sebagai bapak atau pelopor dari roti iris (sliced bread). Pada
tahun 1912 Rohwedder bekerja pada sebuah toko roti dan menciptakan sebuah mesin
pengiris roti. Namun fungsi mesin tersebut hanya sebagai penghancur roti-roti
yang sudah basi. Hingga pada tahun 1928, Rohwedder menciptakan sebuah mesin
yang bisa mengiris roti dengan sangat rapi. Toko roti di Chillicothe, Missouri
adalah yang pertama kali menggunakan mesin pengiris roti ini.
Generasi selanjutnya, roti
berwarna putih mulai lebih disukai dibandingkan dengan roti yang berwarna
gelap. Namun konotasi ini berbalik pada abad ke-20 dimana roti yang berwarna
gelap mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan roti berwarna
putih.
F.
Koloid pada roti
Syarat yang utama dalam
pembuatan roti adalah serasi pencampuran oleh pengadaan gas, kedua oleh
koagulan dari suatu material pemanasan dalam oven sehingga gas tertahan dan
struktur material distabilisasi. Pada prinsipnya pembuatan roti terdiri dari
tahap-tahap yaitu (1) pencampuran adonan (dough), (2) fermentasi adonan,
dan (3) pemanggangan.
Tujuan dari pencampuran adalah
untuk membuat adonan yang sempurna agar adonan mengembang dan mempunyai tekstur
yang lembut, pori-pori kecil, dan tidak bantat. Pada proses pencampuran adonan
terjadi perubahan sebagian dari pati berubah menjadi gula. Selanjutnya pada
proses fermentasi terjadi perubahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.
Roti tawar yang memiliki betuk
padat dan mempunyai pori-pori kecil ternyata merupakan salah satu jenis
koloid yaitu Buih Padat. Buih Padat adalah sistem koloid dengan fase
terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini
dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Proses peragian pada roti
tawar yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat
pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis
mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
Proofing akan
terjadi pada proses ini yaitu tingkat dimana gas CO2 yang
dihasilkan dalam adonan berada pada tingkat terakhir dan memberi volume pada roti.
Organisme yang memegang peranan penting dalam proses fermentasi makanan mulai
dari khamir, kapang, sampai pada bakteri. Jenis fermentasi yang disebabkan oleh
mikroba tertentu sangat berbeda dengan jenis mikroba lainnya dimana di satu
jenis kadang-kadang mendahului jenis lainnya. Di dalam pengawetan pangan
terdapat tiga jenis fermentasi, yaitu (1) fermentasi alkohol, (2) fermentasi
dari asam laktat, dan (3) fermentasi asam asetat. Fermentasi asam asetat dan
alkohol mempergunakan gula sebagai substratnya, sebaliknya pada fermentasi asam
laktat mempergunakan garam sebagai substratnya.
Pada prinsipnya roti dapat
dibuat dari berbagai jenis tepung, seperti terigu, jagung, beras, garut,
singkong, dan lain-lain. Namun, dalam proses pembuatannya terigu merupakan
bahan baku yang paling ideal untuk pembuatan roti. Roti umumnya dibuat dari
tepung terigu karena tepung terigu mampu menyerap air dalam jumlah besar, dapat
mencapai konsistensi adonan yang tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk
menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur lembut, volume besar, dan
mengandung 12-13 persen protein.
Bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan roti yaitu tepung terigu, gula, susu, margarin, ragi, telur,
garam, dan air. Sebagai bahan penunjang biasa ditambahkan essence dan
obat-obatan roti yang dapat memperbaiki tekstur, aroma, dan cita rasa dari roti
tersebut.
Cara kerja:
1. Masukkan tepung terigu protein tinggi, ragi instant, gula
pasir, dan susu bubuk kedalam wadah plastik besar lalu aduk hingga rata.
2. Tambahkan air sedikit demi sedikit dan aduk hingga adonan agak kalis.
3. Selanjutnya tambahkan mentega putih dan garam, terus aduk hingga adonan kalis.
4. Bulatkan adonan dan istirahatkan selama 10 menit.
5. Bagi adonan masing-masing @ 450 gram dan biarkan selama 15 menit.
6. Bentuk adonan dan tambahkan isian jika ingin ditambahkan.
7. Lalu letakkan di loyang yang sudah diolesi margarin terlebih dahulu.
8. Biarkan adonan mengembang selama ± 60 menit dengan di tutupi oleh kain basah .
9. Panggang hingga matang, berwarna kuning kecoklatan.
2. Tambahkan air sedikit demi sedikit dan aduk hingga adonan agak kalis.
3. Selanjutnya tambahkan mentega putih dan garam, terus aduk hingga adonan kalis.
4. Bulatkan adonan dan istirahatkan selama 10 menit.
5. Bagi adonan masing-masing @ 450 gram dan biarkan selama 15 menit.
6. Bentuk adonan dan tambahkan isian jika ingin ditambahkan.
7. Lalu letakkan di loyang yang sudah diolesi margarin terlebih dahulu.
8. Biarkan adonan mengembang selama ± 60 menit dengan di tutupi oleh kain basah .
9. Panggang hingga matang, berwarna kuning kecoklatan.
Diskusi
Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan yang dilakukan di dapatkan bahwa roti termasuk kedalam
Buih Padat. Dimana fase
terdispersi gas dan dengan medium pendisperasi zat padat(Adonan Roti). Proses peragian pada roti tawar yang melepas
gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat
pembuih juga (surfaktan). Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan
tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih
padat.
Kesimpulan
Jadi roti merupakan contoh makanan yang merupakan salah satu jenis
Koloid yaitu “Buih Padat” dan cara pembuatan "Kondensasi".
DAFTAR PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)